Oleh : Afni Izzatul Jannah (Peserta DAD IMM AR Fachruddin 2021)
Sepenggal komentar dari dunia maya ala milenial telah membuka mata para pengamat. Sebuah tanggapan bahwasanya good attitude lebih baik daripada good looking. Kalimat yang ditujukan untuk menilai seseorang ini entah sekadar hanya untuk menghibur yang insecure atau memang benar sesuai realita. Attitude memang selalu dikaitkan dengan sikap seseorang yang sudah melekat pada diri. Attitude yang positif pasti akan menghasilkan sikap yang baik, begitupun sebaliknya. Attitude negatif akan menghasilkan sikap yang negatif. Tergantung bagaimana cara orang menilainya.
Tetapi, sejak zaman dahulu attitude memang sangat diutamakan. Menjunjung tinggi sopan santun dan menghargai orang lain lebih baik daripada sekadar pintar tetapi attitude jelek. Zaman sekarang juga attitude yang baik sangat dibutuhkan dalam dunia kerja. Jika nilai atau IPK seorang pelamar pekerjaan lebih tinggi dari yang lain, namun attitude yang ia miliki jelek maka takayal jika ditolak oleh perusahaan tersebut. Jika kita perhatikan seksama, betapa pentingnya attitude didunia kerja sebenarnya bisa terlihat dari ketatnya perusahaan rekrutmen yang menggunakan banyak psikotes, seperti wartegg tes, tes logika, sebagai acuan sehingga terlihat kemampuan EQ (Emotional Quotioent) dan IQ (Intelligent Quotient).
Belajar attitude memang tidaklah mudah. Tapi, pernahkah kalian berpikir bahwa sekecil apapun attitude yang baik akan tetap dilihat. Contohnya, 3 kata ajaib yang mungkin sudah banyak orang mulai meninggalkannya. Padahal, sekecil attitude itu bisa menilai sikap dalam menghargai seseorang terhadap orang lain. Yaitu; tolong, maaf, dan terimakasih. Tiga kata ajaib yang berat diucapkan bagi orang yang memiliki gengsi dengan level tinggi. Ketiga kata tersebut memang begitu familiar di telinga kita. Siapapun tentu sepakat bahwa ketika kata tersebut adalah kata-kata yang dibiasakan untuk diucapkan dalam interaksi sesama manusia. Dalam kehidupan keseharian, sebagai makhluk sosial tentunya setiap manusia tidak dapat hidup sendiri. Dia perlu berinteraksi dengan orang lain. Dalam interaksi tersebut, ungkapan-ungkapan tersebut pasti pernah terucap. Berikut penjelasan mengenai ketiga kata ajaib tersebut:
Tolong
Faktanya, memang kita terkadang lupa untuk menambahkan kata tolong dalam meminta bantuan kepada orang lain. Padahal, jika ditambah kata tolong, maka terkesan lebih sopan dan enak didengar. Kita juga harus ingat bahwa kata tolong tidak pernah merendahkan diri kita sebagai seseorang yang meminta bantuan. Di sisi lain malah justru itu menandakan kita menghormati orang yang kita mintai bantuan. Sehingga orang yang kita mintai tolong itu akan menolong dengan senang hati.
Maaf
Mungkin, ini menjadi kata yang paling sulit diucapkan. Walau bagaimanapun, manusia memang memiliki ego dan gengsi yang tinggi untuk mengakui jika ia melakukan kesalahan. Tidak jarang pula, yang bersalah justru yang paling besar aura perdebatannya, semata-mata hanya untuk membuktikan bahwa ia tidak bersalah atau bukan ia yang paling salah. Dengan kata maaf, kita meruntuhkan keegeoisan kita dan jadi lebih mengerti bahwa selain perasaan diri, ada perasaan orang lain yang berhak dihargai. Mengucapkan kata maaf bukan berarti kita kalah, justru kita malah menjadi pemenang sejati karena mampu mengakui kesalahan.
Terimakasih
Bentuk penghargaan atas upaya seseorang, itu tidak harus berbentuk medali, piala, lencana emas, apalagi uang. Hal paling sederhana, murah, dan mudah yang dapat kita lakukan adalah mengucapkan terima kasih. Sekecil apapun bantuan yang telah ia berikan, hal itu tentu sangat membantu kita di kala kesulitan. Oleh karena itu, jangan lupa untuk selalu mengucapkan terimakasih.
Banyak orang yang telah melupakan attitude sederhana itu. Padahal, tiga kata ajaib tersebut sangat berharga dalam kehidupan ini. Memang, biarpun sederhana, tetapi akan sulit bagi orang yang masih mengedepankan ego. Maka, biasakanlah diri untuk mengucapkan 3 kata ajaib tersebut. Jika sudah terbiasa, maka itu akan terlihat mudah dan malah menjadi attitude yang baik. Mengucapkan 3 kata sederhana itu tidak merugikan, malah sebaliknya akan menampakkan manfaatnya ketika kita sudah terbiasa. Apa salahnya untuk menghargai dan menghormati orang lain? Mengucapkan ketiga kata ajaib itu bukan berarti kita lemah, justru menunjukkan bahwa kita bersama-sama hidup di dunia ini untuk kedamaian. Maka biasakanlah, setelah menjadi pembiasaan, maka akan menjadi budaya. Budaya saling tolong, budaya saling memaafkan, dan budaya saling berterima kasih. Alangkah indahnya ketika ketiga hal tersebut banyak muncul di tengah-tengah masyarakat. Budaya tersebut akan membuat kehidupan tentram, aman, dan damai, mampu membangun harmoni dalam membangun kerukunan umat manusia. Bukankah menyenangkan jika kita diberi bantuan di saat yang paling sulit? Bukankah melegakan jika bisa berdamai dengan seseorang dan saling mengerti perasaan dengan orang lain? Bukankah akan membahagiakan hati jika bisa menghargai orang lain?
Jadikanlah tiga kata ajaib tersebut menjadi kebiasaan sehari-hari agar kita bisa memulai hari-hari yang baik dari hal yang kecil sekalipun, karena dengan memperdulikan hal sekecil apa pun di sekitar kita maka akan terbiasa dengan hal-hal dan masalah yang besar ke depannya.