Yang Melahirkan Peradaban Tak Pantas Dilecehkan

KARYA KADER OPINI

Oleh : Firda (Peserta DAD IMM AR Fachruddin 2021)

“Cantik, seksi banget! Mau kemana, nih?”

“Bagus, ya bentuk badan kamu. Ideal banget!”

“Duduknya deketan aja, gak usah malu. Ayo sini,”

“Aku sange, nih. Send foto kamu ya, cantik.”

Shut up!! Shut up!! Shut up!!

Setiap hari, kasus pelecehan semakin marak disiarkan di berbagai platform. Tak pandang umur, jika dia dihadapkan pada manusia berkedok iblis, dia pasti akan dilecehkan. Beberapa wanita memilih diam dan memendam sendiri dari setiap pelecehan yang ia terima. “Ah, hanya dipegang sedikit, orang tak akan perduli.” Pikirnya, ketika mendapatkan perlakuan tak senonoh dari oknum tak berakal.

“Lain kali, jika bepergian, pakaiannya dijaga, jangan terlalu terbuka. Salah sendiri.”

Lalu, apa kabarnya dengan bayi perempuan 1 tahun yang baru-baru ini jadi objek bejat seorang mahasiswa 18 tahun? Seorang yang bahkan berjalan masih tidak mampu, membuang air kecil dan air besar harus dibantu. Kalian masih bisa memandang bayi sekecil itu dengan nafsu? Heii, open your eyes! Beberapa pemikiran sempit mengutarakan opininya, berkata bahwa setiapkali ada kasus pelecehan, yang disalahkan tetap korbannya. Padahal tidak ada toleransi untuk kasus pelecehan.

Yang dididik dan butuh perhatian khusus adalah pola pikir laki-laki yang berkata nafsunya bergantung pada apa yang di hadapannya. Jika benar begitu, kemana hilangnya ilmu agama yang ia pelajari? Atau mereka tidak pernah mempelajarinya?

Seorang perempuan dilahirkan dengan kodrat mencintai hal-hal yang indah, dilahirkan dengan sifat cerewetnya, dilahirkan dengan keanggunan yang ada pada wajahnya, dilahirkan dengan kelemahan lembutan pada tiap tutur katanya, dan dilahirkan dengan amanah agar mereka bisa kembali meneruskan kehidupan di peradaban. Jangan lupakan, perempuan dilahirkan dengan sifatnya yang penuh ketakutan dan haus akan kasih sayang. Jika mereka bersolek, berpakaian bagus, menggunakan sendal yang cantik, dan mengunggah foto cantiknya di akun sosial medianya, itu adalah bentuk apresiasi dan bangga untuk dirinya sendiri. Bukan untuk mencari perhatian apalagi sensasi. Jadi laki-laki jangan besar kepala. Lalu jika laki-laki tergoda nafsunya, apakah itu serta-merta salah dari pihak perempuan? Oh, jelas bukan. Karena apa-apa yang terjadi pada diri, hal itu merupakan tanggung jawab diri sendiri. Seperti halnya rasa kecewa. Kita kecewa karena terlalu tinggi berekspetasi, bukan? Lalu apa yang disalahkan objek dari fantasi kita? Tentu tidak. Yang salah adalah ekspetasi kita. Pemikiran kita yang terlalu tinggi. Begitu juga masalah nafsu birahinya laki-laki. Seharusnya mereka mengatasinya sendiri, bukan malah menjadikan orang lain sebagai korban dari perbuatan tak senonohnya.

Saya pribadi tidak pernah lupa, saya sangat mengaggumi dengan sifat laki-laki yang terkenal karena jiwa kepemimpinannya. Manusia yang sampai kapan pun akan tetap dijadikan pemimpin. Mau secerdas apapun seorang perempuan, setinggi apapun pendidikan seorang perempuan, mereka tidak akan bisa menandingi jiwa kepemimpinan laki-laki yang memang sudah ditetapkan bahwa laki-laki adalah pemimpin. Namun, Bukankah satu sifat ini sudah bisa menjadi panutan siapa yang harus mencontohkan perilaku yang baik dan benar?

“Pemimpin juga manusia, mereka bisa melakukan kesalahan.”

Mohon maaf, tidak ada toleransi untuk pelaku pelecehan, sama halnya tidak ada penawar untuk setiap trauma yang korban terima.

Pemimpin mungkin bisa berbuat dzalim kepada rakyatnya, berkhianat, dan memperlakukan orang di bawahnya dengan sesukanya. Tapi untuk kasus pelecehan, sifat yang seharusnya tidak tercetak dalam jiwa seorang pemimpin.

Jika pemimpin saja sudah berani melakukan perbuatan sehina itu, lalu pemimpin seperti apalagi yang harus dijadikan panutan agar peradaban ini berjalan dengan semestinya?

Benar, tidak semua pemimpin (laki-laki) bisa melakukan hal demikian. Tapi kebanyakan memang berbuat begini. Beberapa kenalan saya bahkan dilecehkan oleh kakek kandungnya sendiri, guru di sekolahnya, bahkan ayah kandungnya sendiri. Berkat kakeknya, ia tidak berani kontak fisik berlebih dengan laki-laki di dalam keluarga atau bahkan di luar rumahnya. Ia tumbuh menjadi perempuan yang penuh rasa takut, rasa malu, dan trauma yang mendalam. Berkat guru itu, anak perempuan itu kini tidak bisa mempercayai lagi bahwa semua guru adalah pahlawan. Berkat ayahnya, ia tidak berani melanjutkan kuliah karena setiap kali ia meminta uang kuliah, ayahnya selalu meminta jatah.

Tiga kasus di atas bukan kasus yang saya karang dengan pikiran saya sendiri, melainkan kasus nyata yang sudah saya pelajari dengan baik dan benar. Dan dapat saya simpulkan, tidak perduli umur, status, cantik atau tidak, jika kamu dihadapkan pada laki-laki berhati iblis yang hanya memikirkan nafsu birahinya, kamu akan mengalami hal-hal yang mungkin bahkan lebih buruk.

Saya juga ingin menyampaikan karena saya perempuan. Tiap dari kita pasti punya trauma, tapi ketahuilah, trauma dari pelecehan adalah trauma paling buruk yang pernah ada. Bahkan baru-baru ini ada artis yang dibebaskan karena melakukan pelecehan, bukan? Korbannya remaja laki-laki yang bahkan sampai sekarang kesehatan mentalnya masih harus terus dipantau. Laki-laki saja, yang punya jiwa tegas dan anti menangis bisa merasakan trauma mendalam, apalagi perempuan yang dilahirkan dengan hati selembut kapas dan rentan akan menangis?

Bahkan berbagai kasus juga ditemukan bahwa wanita yang memakai niqab dan baju lebar pun masih sering di catcalling dan hampir kena sexual harassment. Dan jika memang ada pakaian yang dapat mengurangi kasus pelecehan, saya ingin membelinya.

Kutipan menarik yang pernah saya baca adalah, “Adakah baju perempuan yang sanggup menutupi pikiran kotor laki-laki?”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *