Oleh : Nova Putraku Bintang (Ketua Bidang HKP PK IMM Ar-Fachruddin 2023/2024)
Pada acara Pengenalan Politik Mahasiswa (PPM) yang diselenggarakan oleh Bidang Hikmah dan Kebijakan Publik PK IMM Ar-Fachruddin pada Rabu, 27 Maret 2024, kami memiliki kesempatan berharga untuk berbagi pengetahuan dan memperluas jaringan dengan berbagai Organisasi Mahasiswa. Acara ini juga memungkinkan kami bertemu dengan Muhammad Dinar Ramadhan, seorang kader diaspora yang sukses dalam berorganisasi di lingkungan kampus. Beliau, pernah menjabat sebagai Ketua Umum IMM Cabang Kota Semarang pada tahun 2019, berbagi pandangannya tentang sejarah partai politik mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Semarang. Beliau mengatakan bahwa, “keberadaan partai politik mahasiswa bukan hal baru, namun sering kali hanya digunakan sebagai alat politik dan akhirnya tergerus oleh perubahan zaman.”
Saat ini, kita tidak boleh terkejut dengan wacana mengenai sistem partai politik di kalangan mahasiswa, karena ini bukanlah hal baru dan telah direncanakan sejak lama. Namun, baru-baru ini, wacana tersebut semakin nyata dan menimbulkan berbagai reaksi, termasuk yang menganggapnya sebagai ancaman.
Sebagai organisasi pergerakan dan pengkaderan, IMM harus siap menghadapi kondisi yang mengharuskan berpartisipasi dalam sistem partai politik. Perlawanan hanya dengan identitas tidaklah cukup untuk memenangkan kompetisi. Kita perlu berkolaborasi, membentuk koalisi, dan menetapkan visi-misi untuk memantapkan langkah menuju IMM yang lebih fleksibel.
Kita menyadari bahwa selama ini IMM fokus pada integritas, humanitas, dan intelektualitas, namun satu hal terlupakan yaitu kepedulian terhadap politik yang ternyata sangat berpengaruh terhadap masa depan IMM. Banyak kader yang terpinggirkan karena kurangnya dukungan dan konsistensi dari IMM. Kader-kader yang sudah berkiprah di eksekutif atau legislatif sering kali tersisihkan karena keegoisan, pragmatisme, dan apatis. Hal ini menyebabkan polarisasi yang berkelanjutan dan mematikan semangat politik di kalangan kader yang memiliki minat dan bakat di bidang politik.
Oleh karena itu, IMM harus menjadi lebih fleksibel dan tidak hanya terpaku pada urusan ideologisasi saja. Divisi yang terjun dan fokus pada urusan eksternal harus didukung sepenuhnya oleh komisariat dan koordinator komisariat.
Ghivari Arfanandi, GUBMA FEB periode 2022/2023, dalam acara PPM kemarin, menyatakan bahwa “IMM perlu mengambil peran yang lebih aktif dalam politik kampus untuk memperkaya warna demokrasi. Saat ini, demokrasi seharusnya melibatkan berbagai pihak tanpa terpaku pada satu gerakan tertentu, namun kondisi IMM saat ini masih dianggap kurang memadai sebagai pesaing karena kurangnya persiapan dan kesiapan dalam reformasi sistem partai politik mahasiswa yang pernah ada. Ini mungkin disebabkan oleh kurangnya kepedulian terhadap politik yang sering dianggap kotor.”
Fleksibilitas ini akan membantu IMM memberikan warna baru dalam sistem perpolitikan kampus dan menghadapi sistem partai politik dengan lebih siap.
Muhammad Surya Setiawan, selaku Ketua Umum PK IMM Ar-Fachruddin, menegaskan bahwa “meskipun tidak kekurangan individu yang memiliki tingkat intelektualitas tinggi, IMM masih kekurangan kesadaran politik, pengalaman, dan informasi yang memadai dalam pertarungan politik. Kekurangan ini membuat IMM rentan menjadi lemah dan lengah dalam menghadapi lawan. Informasi menjadi senjata utama dalam melakukan pemetaan dan strategi politik.”
Kita tidak boleh tertinggal dalam persiapan dan kesadaran politik. Informasi menjadi senjata utama dalam pemetaan dan strategi politik, namun seringkali informasi digunakan untuk kepentingan pribadi atau malah dipertukarkan dengan keuntungan material. Kita harus bersatu dan bergerak, meninggalkan masalah personal atau komisariat, untuk menciptakan perubahan yang kita inginkan. Revitalisasi IMM mungkin tidak akan terjadi secara instan, namun persiapan yang matang dan strategis dapat membawa IMM ke arah yang lebih baik, bersama kita wujudkan perubahan .
Akhir kata IMM JAYA!