Oleh : Nasicha Safna C. (Peserta DAD IMM AR Fachruddin 2021)
Siswa pada zaman sekarang dengan siswa pada zaman dahulu sangat kontras perbedaannya. Anak jaman dahulu lebih sering tertib pada peraturan yang dibuat dari pihak sekolah maupun umum. Contohnya siswa zaman dahulu jika diberi tugas sekolah mereka akan mengerjakannya dengan baik, sedangkan di zaman sekarang banyak siswa yang mengabaikan bahkan masa bodoh dengan tugas sekolahnya, padahal tugas yang diberikan untuk melatih tanggung jawab mereka.
Siswa zaman sekarang juga banyak yang melanggar peraturan sekolah maupun umum, contohnya di lalu lintas polisi menghendaki untuk seluruh pengguna kendaraan membawa helm sesuai SNI tetapi sebagian orang termasuk siswa sekolah pun banyak yang melanggar peraturan tersebut. Disisi lain peraturan tersebut bisa jadi untuk keamanan mereka sendiri saat berkendara juga untuk kemanan orang lain saat berkendara.
Peraturan di sekolah seperti memotong rambut sesuai 1.2.1, tidak diperbolehkan membawa sepatu putih, celana tidak boleh ketat, Itu juga banyak di langgar oleh para siswa. Mereka pikir dengan berambut panjang, bersepatu putih itu tidak mengganggu pembelajaran mereka, tetapi pihak sekolah membuat peraturan-peraturan tersebut agar sekolah bisa dipandang baik oleh kalangan masyarakat, mempunyai ciri khas yang baik pula, sehingga sekolah mempunyai nama baik di kalangan umum.
Budaya slang di era millenial, disini budaya yang diterangkan adalah budaya anak remaja pada zaman sekarang yang sangat memprihatinkan. Anak remaja nakal yang tidak perduli dengan lingkungan sekitar, dan hanya peduli dengan kesenangan diri sendiri. Nakal dalam kamus besar Bahasa Indonesia berasal dari kata “nakal” yang artinya perbuatan yang tidak baik. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya kenakalan remaja kurang lebih seperti penyalahgunaan smartphone, masalah internal (dari diri remaja itu sendiri) dan eksternal (terpengaruh dari luar).
Smartphone, hampir sebagian orang diseluruh dunia menggunakan barang tersebut. Banyak yang beranggapan smartphone tidak baik digunakan untuk siswa siswi pelajar, tetapi banyak juga yang mengatakan bahwa smartphone bermanfaat untuk para siswa siswi di lingkungan sekolah. Banyak yang beranggapan smartphone tidak baik bagi para pelajar karena smartphone mempunyai sisi negatif bagi para pelajar, contohnya banyak siswa siswi dikalangan pelajar yang menggunakan sosial media sehingga lupa dengan pekerjaan rumah dan tugas sekolah, kebanyakan dari mereka lebih sering memainkan smartphone dibandingkan dengan mengerjakan tugas-tugas sekolah. Tetapi banyak juga yang beranggapan bahwa smartphone banyak membantu pekerjaan pelajar dalam hal tugas sekolah dan lainnya, seperti mencari jawaban yang sulit melalui internet, mencari informasi berita di internet, Smartphone juga mempermudah seseorang dalam berkomunikasi jarak jauh.
Selain dari smartphone faktor external juga dapat mempengaruhi kenakalan remaja dijaman sekarang, banyak para siswa sma/smk yang terpengaruh dari lingkungan luar yang buruk. Masalah keluarga atau broken home, dan kurangnya komunikasi antar anggota keluarga juga dapat menyebabkan faktor external pada diri anak, pergaulan teman yang buruk dapat mempengaruhi timbulnya kenakalan remaja. Untuk para orangtua hendaknya memantau segala aktivitas yang dilakukan oleh anak-anaknya agar sang anak tidak terjerumus ke hal yang tidak di inginkan, tetapi para orangtua juga tidak boleh terlalu mengekang kebebasan aktivitas anak-anaknya. Orangtua hendaknya bersikap adil terhadap anak – anaknya sehingga dapat menimbulkan kerukunan antar sesama anggota keluarga.
Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk mengatasi kenakalan remaja antara lain sebagai berikut:
- Adanya dukungan dari pihak keluarga dan teman dekat untuk mendukung lebih baik kedepannya, mengajak ia berbicara atau mengobrol di waktu luang.
- Pengawasan orang tua yang tidak mengekang, orangtua berhak memperhatikan segala aktifitas anaknya agar orangtua dapat memilah mana yang baik untuk anaknya dan mana yang buruk untuk anaknya, selama itu tidak menekan aktifitas anaknya.
- Remaja hendaknya memilih pergaulan yang baik untuk dirinya sendiri
- Ilmu agama yang cukup sejak dini
Banyak orang yang beranggapan jika banyak remaja yang bekumpul antara selawan jenis mereka berfikir itu hal yang buruk. Tetapi mereka belum mengetahui maksut dari berkumpulnya beberapa remaja itu, bisa jadi mereka berkumpul untuk mengerjakan tugas bersama-sama, kerja kelompok dan lain lain. Remaja zaman sekarang lebih suka belajar menggunakan digital dibandingkan dengan manual. Lebih mudah di bawa kemana mana, contohnya Smartphone. Smartphone tidak hanya banyak negatifnya tetapi kita juga harus bisa mengambil positifnya, smartphone bukan pengganti buku – buku yang tebal, tetapi smartphone sebagai perantara rumus-rumus yang ada di buku. Jika di buku kita harus membaca banyak tulisan, memahami berbagai jenis rumus, di smartphone kita bisa mencari langsung jawaban yang ingin kita cari secara singkat dan jelas tanpa harus memahami satu persatu. Selain dari mencari jawaban yang sulit smartphone bisa mempermudah komunikasi jarak jauh.
Pergaulan antara anak laki-laki dengan perempuan juga banyak yang menilainya negative. Mereka belum tau apa yang sedang dikerjakan anak anak tersebut sudah bisa menilai buruknya. Padahal jika mereka bisa memilih dan mengetahui dampak buruk tersebut mereka bisa menjauhi hal yang membawa mereka kepada mala petaka. Dampak positif dari pergaulan bebas antara lain anak bisa mempunyai banyak teman, baik dari kalangan teman maupun kalangan seatasnya. Mereka mudah diterima dengan baik dikalangan luar karena bisa bersosialisasi dengan baik. Mereka juga mudah memiliki pengalaman baru dari luar, sehingga bisa menerapkannya di diri sendiri untuk bisa menjadi lebih baik kedepannya. Karena memiliki teman banyak dan pergaulan yang bebas mereka mampu berpikir dewasa dan pola pikir yang baik.