Oleh : Aulia Azzahra
Selembar hasil kombinasi otak dan jariku yang mengikuti hati ini, tidak akan kuawali dengan salam apapun. Siapapun boleh membacanya, dengan keyakinan manapun.
Sebenarnya kalimat di atas tidak tepat untuk membuka tulisan ini. Namun, layaknya judul. Aku akan menanyakan satu hal, siapapun kamu, pernah tidak kamu merasa yakin yang di mana otak dan hatimu setuju, bahwa kamu serius akan sesuatu?
“Pengalaman adalah guru terbaik”. Merupakan pepatah yang cukup valid dan bisa betul-betul diterapkan di kehidupan kita, setidaknya untuk saya pribadi. Menjadi beda di lingkungan adalah hal menantang sekaligus unik. Disini yang saya maksudkan adalah IMM.
Identitas memanglah penting untuk menunjukkan citra diri. Namun, menurut saya itu kembali pada diri kita sendiri apakah bisa menempatkan diri dengan baik atau tidak. Menempatkan diri di sini yang dimaksud adalah terhadap lingkungan. Haruskah kita menjadi kaum yang bertentangan dengan keinginan demi mencapai sesuatu? Jawaban saya adalah iya. Karena menurut saya, pentingnya berpakaian amat berpengaruh di kehidpuan era sekarang.
Kemudian apa hubungannya dengan ber-IMM itu sendiri?
Sebagai IMMawan ataupun IMMawati, kita haruslah menjaga nama baik ikatan ini, atau lebih spesifik lagi kepada komisariat, yang mana bagian terkecil dari IMM ini. Dengan, mengenakan pakaian dan segala sesuatu yang memantaskan diri sebagai seorang IMM.
Namun kembali lagi, bagaimana halnya jika seorang individu belum bisa mengenakan jilbab sepenuhnya? Sungguh keputusan yang rancu bukan?
Ada seorang dosen pendamping IMM suatu komisariat yang pernah berkata bahwa : ber IMM lah ketika dirimu belum benar-benar baik, temukanlah baikmu dan jati dirimu di IMM itu sendiri.
Apa makna dari ujaran beliau? IMM merupakan wadah untuk seseorang yang mencari kebaikan. Maka bukanlah suatu masalah apabila belum baik, maka kamu akan menemukan kebaikan dirimu sendiri didalam IMM itu.
Kemudian bagaimana sikap kita sebagai pewadah itu? Kita harus mendukung penuh dan merangkul. Merangkul disini dalam maknanya, yang mana kita haruslah memberi vibes positive agar orang tersebut ikut merasakan pengaruh baiknya ber IMM.
Lalu berkenaan dengan judul di atas, bagaimanakah jawabannya? Jawabannya adalah untuk diri kita sendiri. Saling berperan untuk satu sama lain. Si individu yang belum baik, dan yang sudah terasuk jiwa IMMnya, juga belajar bagaimana menjadi contoh serta merangkul sesama.
Sekian tulisan ini saya karang, semoga bisa dipahami oleh saudara sekalian.