MENJADI PRIBADI YANG ASERTIF

ESSAY KARYA KADER

Oleh : Rosmala Nurhadi

Setiap manusia itu memiliki pribadi yang berbeda. Kepribadian merupakan salah satu kajian psikologi yang lahir berdasarkan pemikiran, kajian atau temuan-temuan hasil praktik penanganan kasus oleh ahli. Objek kajian kepribadian adalah “human behavior“, perilaku manusia yang pembahasanya terkait dengan apa, mengapa, dan bagaimana perilaku tersebut. Kepribadian adalah cara bagaimana di dunia, apakah individu tersebut dalam tampilan yang baik, kepribadian yang sehat dan kuat, atau tampil dalam keadaan yang baik yang berarti kepribadiannya menyimpang.

Pada dasarnya, setiap manusia pasti memiliki pribadi yang baik dan ada yang buruk. Orang yang disebut memiliki kepribadian yang baik adalah mereka yang berkarakter kuat, Itu bisa diartikan sebagai seseorang yang tidak mudah dipengaruhi oleh orang lain karena prinsip yang kuat. Prinsip yang dimaksud tentu saja adalah sesuatu yang sifatnya positif dan membangun diri sendiri. Sedangkan kepribadian yang buruk atau negatif merupakan sifat-sifat buruk yang dimiliki oleh setiap individu, Sifat-sifat tersebut kemudian dapat mempengaruhi kondisi pikiran dan hati yang dipenuhi oleh prasangka buruk. Akibatnya, hal tersebut kemudian akan berpengaruh terhadap perilaku yang tidak baik.

Ada beberapa gaya komunikasi, yakni submisif, agresif, dan juga asertif. Secara garis besar, sikap submisif adalah sesorang yang selalu menerima pendapat orang lain walaupun tidak suka, takut menyatakan pendapat, merasa diri sendiri tidak penting, rendah diri, dan selalu bilang “saya tidak bisa” Akibatnya, dia sering menjadi korban orang yang mengeksploitasi atas dasar hubungan pertemanan, atasan dan bawahan, dan lainnya. Sikap agresif mempunyai ciri-ciri seperti jujur, namun cara mengungkapkan perasaan tidak tepat, cenderung memaksakan kehendak, diliputi rasa marah, menyalahkan dan menjatuhkan orang lain, menimbulkan ketegangan, rasa sakit, dan cemas. Perilaku orang agresif seperti mengutamakan kebutuhan diri sendiri dan perasaan diri sendiri, mengabaikan hal dan perasaan orang lain, menggunakan segala cara, verbal dan nonverbal misalnya sinisme, kekerasan bahasa tubuhnya bisa dilihat dari suara keras, nada kasar, mata melotot, dan jari tegang. Dan sikap asertif adalah salah satu keterampilan dalam berkomunikasi, sikap asertif ditandani dengan kemampuan diri dalam berkomunikasi secara jujur, tegas, dan lugas, tetapi tetap mampu menghargai perasaan orang lain.

Permasalahan yang banyak terjadi di Indonesia antara lainnya adalah (1) Banyaknya orang yang bersikap agresif dan submisif. (2) Segan melakukan penolakan terhadap sesuatu. (3) Tidak mampu menyampaikan pendapat. (4) Sekelompok remaja yang menimbulkan perilaku bullying, bisa berupa bullying fisik dengan kekerasan, bullying verbal dalam bentuk ucapan atau lisan, dan bullying tidak langsung seperti mengabaikan dan lain-lain.

Menjawab persoalan diatas, kita semua harus mengenal 3 bentuk perilaku yaitu asertif, agresif, dan pasif atau submisif. Kita dapat melakukan beberapa hal seperti Speak up! kita menyampaikan opini, jangan pernah takut mengutarakannya. Teguh dan tegas, tolak dengan mengatakan tanpa bermaksud menyudutkannya tidak perlu takut untuk dianggap “tidak asik”. Respect one another, boleh menyuarakan pilihan dan pendapat asal tidak terkesan agresif dan tetap memperhatikan etika. Offer something, jika tidak dapat menyanggupi sesuatu tawarkan bantuan dengan cara lain, kita juga bisa menggunakan bentuk training seperti Assertive Training untuk meningkatkan kemampuan asertif, mengekspresikan emosi, dan membangun kepercayaan diri.

Selain itu terjadi juga permasalahan bullying pada sekelompok remaja. Maka dari itu penting sekali sifat asertif bagi remaja adapun 4 alasannya. Pertama, perilaku asertif akan memudahkan remaja untuk bersosialisasi dan menjalin hubungan dengan lingkungan; kedua, kemampuan asertif ini akan menolong individu untuk mengungkapkan perasaan dan keinginannya secara langsung dan terus terang. Pengungkapan asertif akan menghindarkan munculnya ketegangan dan perasaan tidak nyaman karenadan menyimpan sesuatu yang ingin diutarakannya; ketiga, individu akan mudah mencari solusi dan penyelesaian dari berbagai kesulitan yang dihadapinya; keempat, perilaku asertif dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan kognitif atau berpikir, memperluas wawasan dan tidak mudah berhenti pada sesuatu yang tidak diketahuinya, perilaku asertif akan mendorong rasa ingin tahu individu.

Kesimpulannya dalam berinteraksi sehari-hari tentu saja memiliki jiwa asertif merupakan tipe ideal. Dengan komunikasi asertif, maka kita mampu berkomunikasi secara efektif tanpa terlalu banyak terganggu dengan apa yang orang lain mungkin pikirkan atau katakan. Komunikasi asertif juga akan menuntun seseorang untuk memutuskan antara mengatakan “ya” atau “tidak” untuk situasi tertentu. Sebaliknya orang yang kurang asertif cenderung selalu berkata “ya” meskipun sebenernya dia tidak berada dalam mood untuk melakukan hal tersebut.

Referensi :

http://mpsi.umm.ac.id/files/file/522-%20528%20Yanuarty%20Paresma%20Wahyuningsih.pdf
http://disdikciamis.id/html/index.php?id=artikel&kode=3
http://mpsi.umm.ac.id/files/file/522-%20528%20Yanuarty%20Paresma%20Wahyuningsih.pdf
http://disdikciamis.id/html/index.php?id=artikel&kode=3

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *