“Dari media sosial dengan segala kemudahan yang dijanjikan, ada tanggungjawab kita sebagai manusia berpendidikan”
Oleh: Nurul Inayah Tihurua (Kader IMM A.R Fachruddin)
Media sosial saat ini adalah salah satu sarana yang sangat memudahkan banyak hal terjadi. Menjalin komunikasi jarak jauh, mengikuti berita terbaru, belajar, bahkan berkenalan dengan orang baru, bisa kita dapatkan hanya dari segenggam gawai di tangan. Semakin instan sesuatu, maka semakin banyak pula konsekuensi yang kita terima. Mahasiswa adalah perwujudan suatu bangsa, bagaimana para mahasiswa bersikap maka seperti itulah jati diri bangsa tersebut akan dinilai.
Ada banyak tantangan bagi kita di era yang serba gadget ini, di zaman yang siapapun bisa jadi media dan apapun bisa jadi berita, seperti yang kita tahu di media sosial banyak berita dengan sumber dan pemberitaan yang berbeda. Beda media pemberitaan beda pula kesimpulannya, maka di sinilah mental kita sebagai manusia berpendidikan diuji, bagaimana cara menelaah informasi yang beredar dengan segala kecomplangan jurnalistik yang terjadi, kemudian bagaimana kita memproses apa yang kita dapatkan menjadi pola pikir, ucapan, dan tindakan yang akan diterima oleh sekitar kita. Bagaimana pula seharusnya kita mengoperasikan akun media sosial kita? Salurkan saja segala sesuatu yang membuat senang, yang merupakan bagian dari bakat dan minat. Jadikan media sosial sebagai lahan untuk menunujukkan karakter kita sebagai muda-mudi yang siap menghdapai zaman. Karena tidak sedikit dari kita justru menjadikan media sosial sebagai ajang membandingkan diri dengan orang lain yang berkonotasi buruk, tanpa sadar seakan merasa bangga dengan memposting hal-hal yang menunjukkan betapa lebih buruknya kita dari orang lain. Menghindari hal tersebut tidak kemudian mengharuskan kita menjadi orang yang menyombongkan bakat dan kebisaan kita. Hal ini juga yang kemudian menjadi tantangan kita sebagai anak muda, bagaimana seharusnya kita menyikapi hal demikian, adalah pengukur seberapa dewasanya kita menghadapi zaman dengan segala kesamarannya antara benar dan salah.
Mahasiswa dan media sosial adalah kesatuan, apalagi di kala pandemi seperti saat ini. Keadaan memaksa kita untuk terus-menerus menggunakan gadget, bahkan saat menjalani perkuliahan daring pun tidak mulus-mulus saja, tidak jarang dari kita menduakan perkuliahan entah dengan Instagram, Twitter, atau lainnya yang sebenarnya tidak dibutuhkan saat menjalani perkuliahan.
Sebagai mahasiswa, mari kita tata lagi sikap kita dalam bermedia sosial. Agar tak salah mengambil jalan karena tutorial yang berantakan. Agar tak keliru menyikapi masalah karena informasi yang tak jelas benar atau salah. Agar tak menimbulkan lebih banyak kebingungan pada lingkungan, tersebab kita yang tak bijak menyimpulkan. Tunjukkan jati diri kita sebagai anak muda yang siap menghadapi zaman dengan pandai menyaring informasi dan tidak serta-merta memercayai pemberitaan media-media yang asal menulis tanpa berpikir akibatnya. Tunjukkan bahwa kita pandai mengelola media sosial, bukan dia yang mengelola kita. Kita bisa jadi pribadi yang punya jati diri, yang tidak terus menerus diperbudak oleh pasar dengan balutan kata “trend”.
Dewasa selalu butuh proses dan pengalaman, tapi keduanya tak bisa hanya ditunggu. Mari mulai berproses dan cari pengalamannya, agar kita tahu mana yang seharusnya dan mana yang tidak. Agar kita mengerti bahwa “insecure” bukan hal yang patut dibanggakan apalagi dipamerkan, bahwa “ketidak-bisaan” ada bukan untuk dipelihara, bahwa meninggalkan “ujaran kebencian” pada kolom kehidupan orang lain bukan bagian dari etika kemanusiaan, bahwa yang benar akan selalu kita dapatkan setelah semua yang salah.
Jika negara adalah kendaraan, maka mahasiswa adalah penunjuk jalannya. Seperti apa sikap kita, akan menentukan kemana negara ini bergerak.