Oleh : Aprilia Reni Safitri (Peserta DAD IMM A.R. Fachruddin 2021)
Pernah kah kalian memahami tentang pentingnya menjaga mental? Jika terlintas di pikiran kalian, pernah berpikir tidak? tentang seberapa penting menjaga dan memperhatikan keseimbangan hati dan pikiran? Selain itu, juga ada satu hal yang berperan sangat penting bagi keberlangsungan hidup manusia untuk melanjutkan hidup. Satu kata yang mencerminkan tentang satu hal yang melekat di dalam kehidupan seseorang adalah, mental. Mental juga lah penentu orang itu akan berani melakukan sesuatu, melanjutkan kehidupan. Kehidupan yang sesungguhnya sekejam itu di mata orang yang ada pada titik terendahnya. Lantas, seberapa penting kah peran mental sesungguhnya dalam hidup seseorang? Justru hal itulah yang disepelekan oleh manusia. Memang tak nampak, tapi mental ada dalam jiwa seseorang dengan raganya yang bernyawa. Bagaimana kita tau tentang kondisi mental seseorang? Jawabannya ada dalam diri sendiri, karena diri sendiri lah yang merasakan. Banyak orang yang tak tau, tak merasa, bahkan tahu tapi sengaja tak peduli akan mental health seseorang. Lantas bagaimana?
Pada dasarnya kesehatan mental yang ada pada pribadi seseorang mempengaruhi kehidupannya, kenapa? Karena mental melekat, namun tak terlihat. Terasa, namun tak berupa. Dari setiap kita berbeda, setiap pribadi mempunyai keunikan tersendiri yang ada pada diri kita masing-masing yang mana itu perolehan alami yang kita dapatkan dari Allah Subhanallahu Ta’alla. Kelebihan dan kekurangan memang hal yang wajar sebagai manusia biasa, bukan untuk menjadi bahan percandariaan dalam kehidupan. Kita tak tau apa yang sedang terjadi pada kehidupan seseorang. Seseorang bisa saja kehilangan gairah hidupnya yang disebabkan berbagai hal yang terjadi hingga menyerang mentalnya. Iya, kesehatan mental seseorang itu tidak ada yang paham seberapa dalamnya ia merasakan. Tanpa kamu sadari, bisa saja kamu melakukan atau mengucapkan sesuatu yang membuatnya merasa terjatuh. Tapi ia tetap berusaha bangkit sendiri, namun tak ada pula orang lain yang tau sebenarnya dia sakit. Seperti yang kita tau juga, karena banyaknya perbedaan yang kita miliki masing-masing, kita harus saling menghargai dengan mencoba mengerti sebagai wujud apresiasi perjuangan hidup. Bisa kita coba dengan 3 hal untuk mengawalinya, yaitu dengan menjaga lisan, hati, dan pikiran kita. Ada tipe orang yang dikomentari langsung insecure, dibentak langsung nangis, ditegur langsung tersinggung, di gasin langsung emosi, dikatain langsung overthinking. Kadang mental orang memang selemah itu. Kita semua sesungguhnya bukan tidak tau, tapi tak mau memahami sehingga kita tidak bisa menghargai. Jadi kalau bicara atau melakukan sesuatu tolong lah dipikirkan terlebih dahulu. Bisa saja ketika kamu tak sengaja berucap atau berlaku sesuatu yang membuat seseorang tergores hatinya karenamu, membekas dan memunculkan rasa trauma pada dirinya. Hingga bahkan tak bisa untuk berdamai dengan diri sendiri. Yang mana perihal berdamai dengan diri sendiri inilah yang tak banyak pula orang sadari. Sama sekali bukan hal yang sepele. Berdamai dengan diri sendiri erat juga kaitannya dengan mental. Kita semua juga butuh perjuangan untuk menstabilkan ago apapun yang ada dalam diri masing-masing kita. Tak ada yang mengerti sudah sejauh mana seseorang mencoba, melangkah, berusaha, berjuang, hingga sampai pada titik sekarang ini, apapun yang seseorang lakukan, semua itu butuh effort yang kuat, dan itu pasti. Namun ada saja orang-orang yang dengan mudahnya menceloteh yang tidak seharusnya pada orang yang sedang berjuang. Tak ada yang melihat darah dari luka yang ia sayat di lubuk hati seseorang mengalir hingga keseluruhan dirinya. Istilah ‘healing’ yang baru-baru ini sering sekali terdengar, mungkin bisa menjadikan alternatif untuk merefresh diri, itu benar memperbaiki namun hanya sesaat yang bukanlah sebuah obat. Banyak dari dia dan mereka yang diam memendam segalanya yang ia rasakan sendirian. Karna tak semudah itu juga untuk diluapkan, tak semudah seperti air dituangkan. Dia yang berusaha untuk menguatkan diri sendiri, meski dari sisimanapun ia dihantam kejam, namun tak menggeram, dan berusaha membuat air matanya tenggelam. Dan tetap saja terkadang dunia serasa sekejam itu pada seseorang. Bukan semesta yang tak damai, namun banyak insan yang masih malas menggunakan hati dan pikirannya semasa nyawa masih ada padanya. Alangkah lebih baik bukan jika diri sendiri bisa berdamai dengan diri sendiri, apalagi orang lain. Karena pada akhirnya, kita cuma punya diri sendiri. Sebisa mungkin kita saling menguatkan untuk mewujudkan generasi yang penuh dengan kedamaian. Sebagaimana kita sebagai immawan immawati, muslim muslimah yang beragama Islam, yang merupakan agama yang damai.
Mencolek tentang perbedaan, tentunya kita semua hidup berdampingan dalam satu planet dengan berbagai macam kriteria yang telah Allah Subhanallahu Ta’alla ciptakan dalam bentuk sebaik-baiknya. Entah itu dari gen, ras, atau apapun itu, kita semua berbeda, tak ada yang sama, tapi tetap harus bersatu dan saling menghargai. Menghargai dalam arti tidak selalu bermakna memberikan atensi berlebihan. Cobalah untuk mengerti satu sama lain, cukup menghargai. Dengan menghargai, kamu sudah berusaha untuk mengerti sesama hidup. Karna bahwasanya kita semua diciptakan untuk berlomba-lomba dalam kebaikan, bukan untuk keburukan bukan?Untuk itu mari kita semua renungi pribadi masing-masing, perbaiki yang kita rasa belum cukup baik dan benar, dan saling mengingatkan untuk kebaikan. Raih apapun tujuan kita tanpa harus mencela dan menjatuhkan. Karna dari hal kecil yang tak kasat mata pun bisa menjadi jalan untuk menjatuhkan seseorang melalui mental. Jadi bagaimana keadaan mentalmu saat ini? Semoga selalu baik-baik ya mental. Menyayangi diri sendiri itu yang terpenting, tapi juga sayangi orang lain dengan menjaga mentalnya tetap aman. Love you all❤