Lebih Peduli pada Penyakit Mental

ARTIKEL KARYA KADER

Oleh : Chikmatun Chasanah (Peserta DAD IMM A.R. Fachruddin 2021)

Tahun 2020 sudah berlalu, kini saatnya menyambut tahun yang baru dan hidup yang baru. Sejak dulu manusia selalu berharap tahun yang baru membawa kehidupan yang lebih baik daripada tahun sebelumnya. Ada banyak hal buruk yang terjadi di tahun 2020, seperti adanya pandemi yang membuat seluruh dunia gempar, banyak sekali dampak buruk yang ditimbulkan dengan adanya pandemi yang menyerang dunia ini, seperti dibatasinya kegiatan manusia, sekolah diliburkan, kerja dari rumah, segala sesuatu menjadi berbeda dan terbatas. Bukannya mengalami penurunan justru jumlah orang yang terjangkit virus corona semakin tinggi di tahun 2021, banyak sekali hal yang dilakukan pemerintah agar dapat menurunkan jumlah kasus, seperti PSBB dan pembatasan kegiatan manusia. Belum lagi di bulan Januari saja Indonesia sudah diberi ujian dengan datangnya berbagai macam bencana alam seperti gempa bumi, banjir, longsor dan erupsi beberapa gunung di Indonesia. Dengan adanya pandemi dan bencana alam disarankan kepada seluruh masyarakat untuk tetap waspada dan tetap patuhi protokol kesehatan agar pandemi cepat berakhir dan kehidupan di tahun 2021 lebih baik lagi.Pandemi membuat berbagai masalah di Indonesia lebih kompleks, adanya PHK di mana-mana, sekolah yang diliburkan memunculkan berbagai efek buruk bagi siswa yang setiap harinya hanya bermain gawai, belum lagi PJJ yang membuat siswa malas belajar, stress karena tugas yang menumpuk. Dampak buruk bagi siswa inilah yang membuat beberapa kalangan sadar bahwa ternyata pandemi ini memperburuk kesehatan mental siswa terutama rasa stress yang timbul dari banyaknya tugas dan rasa bosan belajar di rumah tanpa interaksi dengan orang lain.

Sebelum ada pandemi kesehatan mental agak dikesampingkan meski sekarang pun kesehatan mental masih sangat dianggap tabu, seperti anggapan bahwa orang dengan gangguan mental maka ia pasti orang gila, harus masuk rumah sakit jiwa dan berbagai anggapan buruk lainnya. Padahal ada banyak sekali penyakit mental dan remaja sangat rentan dengan penyakit mental karena emosi yang belum stabil. Di dunia ini ada banyak sekali penyakit yang bisa menyerang tubuh secara tiba-tiba dengan berbagai bentuk gejala dan dampak yang bisa menyebabkan kematian. Banyak orang berpendapat bahwa sakit hanya menyerang fisik saja padahal sebenarnya sakit juga bisa menyerang jiwa dan dampak yang ditimbulkan juga tak kalah mengerikan dan dapat mengganggu kehidupan sehari hari. Namun, di Indonesia sendiri gangguan mental masih sering dianggap sepele mereka menganggap bahwa orang yang punya penyakit mental adalah gila padahal tidak semua orang yang punya gangguan mental gila, bahkan kebanyakan hadir di tengah orang-orang normal, berkegiatan normal dan tidak menunjukan gejala apapun, mereka yang mengidap gangguan mental terkadang berada pada titik terendah hal itu akan menjadi sangat berbahaya karena mereka bisa saja menukarkan nyawa mereka demi sebuah penyelesaian semu. Orang dengan gangguan mental bahkan dikucilkan dan dianggap tidak bisa hidup dengan normal, hal ini membuktikan bahwa edukasi tentang kesehatan mental sangatlah penting agar kita tidak mudah mengucilkan atau menyudutkan seseorang yang mengidap gangguan mental.

Gangguan mental adalah penyakit yang bisa menyerang semua kalangan, dalam artikel ini saya akan menjelaskan mengenai kesehatan mental di kalangan remaja. Remaja adalah kondisi di mana manusia dalam keadaan labil karena remaja adalah proses perpindahan dari anak-anak menuju dewasa. Remaja biasanya sangat sensitif terhadap sesuatu yang kiranya mengancam dirinya, remaja sering merasa tidak percaya diri,merasa tak berguna, kadang dibully sehingga hal-hal tersebut membuat remaja menjadi salah satu korban pengidap gangguan mental, terlebih lagi remaja sering mengurung diri dan sulit untuk bercerita kepada orang lain hal itu menyebabkan remaja gampang sekali depresi. Gangguan mental, karena gejalanya tidak seperti penyakit fisik, acapkali terlambat disadari. Padahal di Indonesia, jumlah penderitanya terbilang tidak sedikit. 

  1. Setengah dari penyakit mental bermula sejak remaja, yakni di usia 14 tahun. Menurut WHO, banyak kasus yang tidak tertangani sehingga bunuh diri akibat depresi menjadi penyebab kematian tertinggi pada anak muda usia 15-29 tahun.
  2. Merujuk data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, prevalensi penderita skizofrenia atau psikosis sebesar 7 per 1000 dengan cakupan pengobatan 84,9%. Sementara itu, prevalensi gangguan mental emosional pada remaja berumur lebih dari 15 tahun sebesar 9,8%. Angka ini meningkat dibandingkan tahun 2013 yaitu sebesar 6%.
  3. Masih berdasarkan data Kementerian Kesehatan Indonesia, masyarakat perkotaan lebih rentan terkena depresi, alkoholisme, gangguan bipolar, skizofrenia, dan obsesif kompulsif. Meningkatnya jumlah pasien gangguan jiwa di Indonesia dan di seluruh dunia disebabkan oleh pesatnya pertumbuhan hidup manusia, serta meningkatnya beban hidup, terutama yang dialami oleh masyarakat urban.

Hal ini mengharuskan semua kalangan untuk paham bahwa gangguan mental bukanlah sesuatu yang bisa dijadikan candaan atau bahkan dianggap aneh dan tabu.

A. Pengertian

Kesehatan mental dipengaruhi oleh peristiwa dalam kehidupan yang meninggalkan dampak yang besar pada kepribadian dan perilaku seseorang. Peristiwa-peristiwa tersebut dapat berupa kekerasan dalam rumah tangga, pelecehan anak, atau stres berat jangka panjang.Jika kesehatan mental terganggu, maka timbul gangguan mental atau penyakit mental. Gangguan mental dapat mengubah cara seseorang dalam menangani stres, berhubungan dengan orang lain, membuat pilihan, dan memicu hasrat untuk menyakiti diri sendiri.Beberapa jenis gangguan mental yang umum ditemukan, antara lain depresi, gangguan bipolar, kecemasan, gangguan stres pasca trauma (PTSD), gangguan obsesif kompulsif (OCD), dan psikosis. Beberapa penyakit mental hanya terjadi pada jenis pengidap tertentu, seperti postpartum depression hanya menyerang ibu setelah melahirkan.

B. Gejala

Gangguan mental atau penyakit mental dapat diawali dengan beberapa gejala berikut ini, antara lain :

  • Berteriak atau berkelahi dengan keluarga dan teman-teman.
  • Delusi, paranoia, atau halusinasi.
  • Kehilangan kemampuan untuk berkonsentrasi.
  • Ketakutan, kekhawatiran, atau perasaan bersalah yang selalu menghantui.
  • Ketidakmampuan untuk mengatasi stres atau masalah sehari-hari.
  • Marah berlebihan dan rentan melakukan kekerasan.
  • Memiliki pengalaman dan kenangan buruk yang tidak dapat dilupakan.
  • Memiliki pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau orang lain.
  • Menarik diri dari orang-orang dan kegiatan sehari-hari.
  • Mendengar suara atau mempercayai sesuatu yang tidak benar.Mengalami nyeri yang tidak dapat dijelaskan.
  • Mengalami perubahan suasana hati drastis yang menyebabkan masalah dalam hubungan dengan orang lain.
  • Merasa bingung, pelupa, marah, tersinggung, cemas, kesal, khawatir, dan takut yang tidak biasa.
  • Merasa sedih, tidak berarti, tidak berdaya, putus asa, atau tanpa harapan.
  • Merokok, minum alkohol lebih dari biasanya, atau bahkan menggunakan narkoba.
  • Perubahan drastis dalam kebiasaan makan, seperti makan terlalu banyak atau terlalu sedikit.
  • Perubahan gairah seks.
  • Rasa lelah yang signifikan, energi menurun, atau mengalami masalah tidur.
  • Tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari seperti merawat anak atau pergi ke sekolah atau tempat kerja.
  • Tidak mampu memahami situasi dan orang-orang.

Dengan adanya tekanan yang lebih besar ketika PJJ, kerja di rumah, PHK, susahnya mencari kerja ketika pandemi ini, kesehatan mental bukanlah sesuatu yang bisa dianggap remeh begitu saja, dengan lebih sehat secara fisik dan jiwa membuat manusia bisa hidup dengan kualitas yang baik. Bukan tidak mungkin bagi seorang yang mengidap penyakit mental membuat resolusi untuk lebih sehat dari tahun ke tahun untuk bangkit dari depresi yang menimpanya. Alangkah lebih baik jika kesehatan mental turut di perhatikan di tahun 2021 ini.


Sumber : https://www.cigna.co.id/health-wellness/anak-muda-dan-kesehatan-mental https://www.halodoc.com/kesehatan/kesehatan-mental

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *