SEMARANG, IMMARFACHRUDDIN.UNIMUS.AC.ID – Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Komisariat A.R. Fachruddin Universitas Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) mendelegasikan kadernya dalam kegiatan diskusi bertajuk Dialog Rakyat “Indonesia Darurat Korupsi, Rakyat Menggugat” yang diselenggarakan oleh Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah (PDPM) dan Pimpinan Cabang IMM Kota Semarang di Gedung PWM Jateng, Jl. Singosari Raya No.33, Peleburan, Semarang Selatan, Kota Semarang pada Senin (9/12/2019).
Sekretaris PDPM Semarang, Isa Thoriq yang menjadi narasumber pada diskusi tersebut menyampaikan bahwa korupsi menjadi permasalahan yang tak kunjung usai. Ibarat penyakit, korupsi telah menjakiti bangsa ini sejak lama, berbagai pengobatan yang dilakukan belum dapat menyembuhkan, dan bahkan saat ini penyakit itu semakin parah.
Isa memambahkan, bahwa indikasi itu terlihat dari beberapa hal diantaranya ialah semakin banyak koruptor yang masih berani melakukan praktik korupsi baik itu korupsi kecil seperti pungli, suap, gratifikasi, manipulasi data, dll dan juga korupsi besar seperti pengadaan barang dan jasa, monopoli bisnis, korupsi sumber daya alam, dll. Semakin tinggi upaya pemberantasan korupsi semakin canggih juga modus operasi yang dilakukan oleh para koruptor.
Sementara narasumber lain dari KP2KKN, Syukron mengatakan motif korupsi dari tahun ke tahun terus meningkat, baik di eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Dalam catatan Indonesia Corruption Watch (ICW), pada tahun 2018 ada 454 kasus yang ditindak dengan 1.087 tersangka. Kerugian negara sebesar Rp. 5,6 Triliun. Sepanjang 2018 Kejaksaan menangani 68 kasus, Kepolisian 41 kasus, dan KPK 30 kasus.
“Indeks korupsi pun tidak mengalami kenaikan yang signifikan, 5 tahun terkahir indeks korupsi hanya mampu naik satu digit ditahun 2018 dengan skor 38 dibawah rata-rata skor Asia Pasifik yaitu 44. Dan sampai sejauh ini belum ada cara yang ampuh untuk membabat habis korupsi. Artinya adalah segala upaya pemberantasan korupsi belum mampu mengatasi penyakit kronis bernama korupsi,” lanjut Syukron.
Sementara itu, Edi Faishol yang menjabat sebagai Ketua Aliansi Jurnalistik Independen (AJI) Semarang mengatakan bahwa peran media dalam membentuk presepsi masyarakat juga signifikan. Disisi lain, tontonan diberbagai media terkait pemberantasan korupsi membuat masyarakat justru menjadi apatis dan premisif.
Dosen Undip, Wijayanto, Ph. D sebagai narasumber terakhir menyebut survei indeks perilaku anti korupsi Badan Pusat Statistik tahun 2019 menyimpulkan masyarakat masih premisif terhadap korupsi.
Diujung acara diskusi, PDPM dan PC IMM Kota Semarang menyeru kepada seluruh elemen masyarakat, pemerintah, penegak hukum, dan KPK untuk bersama-sama melawan tindak pidana korupsi di tanah air Indonesia.