Intropeksi: Menjadi Diri Sendiri

ESSAY KARYA KADER

Oleh: Putri Adila (Peserta DAD IMM AR Fachruddin 2021)

Terkadang tak sejalan dan tak seperti yang dibayangkan, ternyata realita memang berbanding jauh dengan ekspektasi. Ketika hati dan fikiran memilih untuk menjadi berbeda, hati dengan gejolak dahsyatnya terkadang berhasil memenangkan pertandingan dengan jalan di luar logika. Dengan begitu hanya kalimat “Ya Allah lancarkanlah apapun itu” yang selalu menjadi pegangan diri. Seperti halnya ketika kita bertemu dengan orang baru, gugup dan tak tau harus berbuat apa, bolehkah jika aku berlaku seperti ini? Ataukah harus seperti itu? Ketika diri merasa tertekan dan tak bebas, disitulah kita menjadi orang lain dan melupakan siapa diri kita sebenarnya. Memang tak salah untuk bersikap lebih sopan dan menghargai, namun terkadang alasan yang disebut “sopan dan menghargai” itu telah membuat kita pergi jauh di luar batas dan melupakan siapa diri kita sebenarnya.

Banyak orang kerap memberi saran, “be yourself” jadilah diri sendiri. Kalimat yang membumi dan mengudara, kalimat sederhana yang nyatanya tidak sesederhana kelihatannya. Menjadi diri sendiri nyatanya bukan perihal mudah yang bisa lakukan oleh semua orang. Kenali dirimu, apa bakatmu, apa yang kausukai, dan apa yang kau kehendaki. Setidaknya beberapa pertanyaan tak akan segan untuk menyeruak keluar ketika diri berusaha mencari siapa sejatinya kita. Bakat dan keunikan diri adalah dua hal yang harus diselesaikan terlebih dahulu.Menjadi diri sendiri memiliki garis bawah yang terletak pada mengetahui dan mengenali kekhasan diri. Setelah perkara tersebut terpecahkan mulailah bertanya apa yang diinginkan oleh dirimu, apa yang kau kehendaki. Faktanya itulah pertanyaan tersulit untuk diri kita, karena sejatinya kehendak atau kemauan diri bukan sekedar apa yang “aku ingin ini dan itu” namun lebih kepada perwujudan eksistensi itu sendiri. Mungkin itulah yang membuat pertanyaan ini sulit untuk mendapat jawaban.

Kita tidak bisa menyenangkan hati semua orang. Dalam hidup orang bisa saja terluka, jadi belajarlah untuk tidak melukai dirimu sendiri, karena kita tidak tahu kapan, dimana, dan siapa yang akan memberikan luka pada diri kita. Sediakan waktu khusus untuk menemukan diri sendiri, berikan apresiasi pada dirimu dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Terimalah dirimu apa adanya. Berhenti menyiksa diri dengan omongan negative di luar sana. Tanamkan pada dirimu “aku mengenal siapa diriku, dan aku akan menjadi pribadi yang lebih baik lagi”. Membenci diri sendiri tidak pernah ada baiknya, walau terkadang trial dan error sering kali menjumpai dalam keseharian namun dari sanalah kita bisa berhadapan langsung dengan kondisi dimana kita menerima diri kita apa adanya, kita menerima diri sendiri. Jangan pernah mengeluh dan cobalah memberi kesempatan kepada diri sendiri untuk tumbuh, berkembang, dan menentukan batasannya sendiri. Karena dalam setiap harinya mau tak mau kita terus bertumbuh, jadi dirimu 10 tahun lalu pasti berbeda dengan dirimu yang sekarang, belajarlah dari kesalahan dan teruslah melangkah dan berusaha menjadi lebih baik.

Kelebihan yang dimiliki orang lain belum tentu cocok dengan kita, berhentilah untuk menyiksa dirimu dengan membandingkan diri dengan orang lain. Biarkan orang lain menjadi dirinya sendiri, dan kamu menjadi dirimu sendiri. Jadilah pribadi yang jujur kepada dirimu, berikan efek positif setiap harinya pada kepribadianmu. Hal pentingnya ialah, berhenti berusaha untuk tampil seperti yang diinginkan oleh orang lain hanya untuk membuat mereka senang. Jadilah apa adanya, dan biarkan mereka yang menilai dan menerima dirimu demikian adanya. Karena berpura-pura menjadi orang lain tidak akan ada titik temu dan tidak ada habisnya. Jika seseorang tidak menyukainya, jika mereka tidak menerima dirimu, terimalah dan jangan pernah khawatir tentang itu. Dalam kenyataan tentunya akan ada banyak orang yang hadir dalam hidupmu, dan dari sekian banyaknya orang dalam kehidupanmu akan ada orang yang merasa insecure dan tidak menyukai keberadaanmu. Jika pun demikian maka terimalah, jangan pernah ambil hati akan sikap itu, tetaplah tanamkan sikap positif sekalipun ia membencinya, fokus pada dirimu dan bagaimana kau akan bertumbuh.

Dan begitulah belajar menghargai diri sendiri menjadi sesuatu yang amat penting bagi seseorang, mensyukuri apa yang ada pada diri masing-masing, belajar untuk menyediakan waktu luang untuk diri kita “me-time”, untuk memberikan apresiasi bagi diri sendiri karena telah berusaha dan melakukan yang terbaik. Sediakan waktu untuk menyendiri, dengan tujuan untuk menemukan apa yang sebenarnya kamu inginkan, apa yang sebenarnya kamu butuhkan. Secara sederhana menjadi diri sendiri, menjadi jujur pada diri sendiri, mencintai apa yang kita lakukan, berusaha memberikan aura positif pada diri kita dan memberikan apresiasi atasnya akan membuatmu menjadi pribadi yang lebih sederhana, menyenangkan, dan dapat menerima apapun yang akan datang pada kahidupanmu, serta menjadi pribadi yang tentunya mudah diterima oleh orang lain. Singkatnya “please don’t be afraid to talk about your pain and be yourself for a whole time”.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *