IMM dan Rekonstruksi Kemanusiaan

ESSAY KARYA KADER

Oleh : Nurul Inayah Tihurua (Ketua Bidang RPK IMM AR Fachruddin 2021/2022)

Kemanusiaan merupakan sifat manusia yang perlu terus dilatih dan dijaga, karena sifat tersebut bisa saja memudar dan hilang. Kemanusiaan merupakan cerminan bahwa manusia sebagai makhluk berakal, mampu menjalankan kehidupan layaknya seorang manusia. Sejalan dengan pilar-pilar kerja Muhammadiyah selaku organisasi Islam besar di Indonesia yang terkenal dengan corak pembaharuan dan modernisasi, Muhammadiyah menerjemahkan Q.S. Al Maun sebagai sebuah teologi yang tidak hanya berbicara tentang hubungan manusia dengan Tuhan, tetapi juga hubungan horisontal antar makhluk.

Teologi Al Maun kemudian menjadi salah satu landasan gerak Muhammadiyah dalam semangatnya membangun tata sosial dan pendidikan masyarakat, agar menjadi lebih maju dan terdidik. Terbukti dengan banyak pelayanan masyarakat mulai dari lembaga pendidikan, bantuan sosial, sampai dengan kesehatan yang sudah berhasil dibangun oleh Muhammadiyah. Namun pada kenyataannya, infrastruktur saja tidak cukup, sumber daya manusia juga berperan penting dalam mencapai target-target tersebut. Salah satu contoh kecilnya adalah, sudah ratusan bahkan lebih, masjid dibangun, tapi apakah itu menjamin berapa banyak jamaah yang hadir pada setiap shalat fardhu? Tentu tidak. Maka dari itu, dibutuhkan manajemen masjid baik berupa takmir, remaja masjid, dan lain sebagainya untuk dapat menciptakan inovasi dalam rangka menghidupkan masjid tersebut. Itu hanya satu contoh kecil yang menunjukkan bahwa kemajuan fasilitas dan infrastruktur harus beriringan dengan kemampuan sumber daya manusianya.

Jika menilik pengaruh yang kemudian me-latarbelakangi berdirinya Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) melalui buku yang ditulis oleh Farid Fathoni dengan judul “Kelahiran yang Dipersoalkan”, maka kita akan menemukan tiga poin penting yang disimpulkan oleh penulis sebagai pengaruh yang me-latarbelakangi berdirinya IMM, dan poin pertama berbunyi : “Keadaan kehidupan umat dan bangsa”. Walaupun IMM lahir jauh setelah penjajahan, namun bisa dipastikan bahwa bekas-bekas penjajahan jelas masih sangat terasa, masyarakat Indonesia masih dihadapkan dengan penindasan, keterbelakangan, kemiskinan, kebodohan, dan lain sebagainya, terlebih lagi bentuk keagamaan masyarakat yang masih berada dalam upaya penyempurnaan. Maka, hal-hal di atas adalah merupakan salah satu pengaruh berdirinya IMM, yang berarti bahwa IMM lahir juga untuk menuntaskan problematika tadi. Selain itu, dapat kita temukan juga pada tujuan berdirinya IMM, yaitu “Mengusahakan Terbentuknya Akademisi Islam yang Berakhlak Mulia dalam Rangka Mencapai Tujuan Muhammadiyah”, tidak dapat dipungkiri bahwa IMM merupakan anak kandung Muhammadiyah dan jelas bahwa IMM harus turut andil dalam melaksanakan tujuan Muhammadiyah.

Peran mahasiswa sebagai kaum intelektual sangatlah penting dalam kemajuan kehidupan bangsa baik dalam segi sosial maupun budaya, terlebih lagi IMM merupakan organisasi mahasiswa Islam yang mana di dalamnya jelas diajarkan mengenai kemanusian dan perilaku sosial dalam bermasyarakat. Tidak terlepas dari Teologi Al Maun yang sudah diulas sebelumnya, di mana Teologi Al Maun dijadikan sebagai salah satu landasan gerak Muhammadiyah, sudah sepatutnya sebagai kader IMM kita harus paham betul dan mampu merealisasikan teologi tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Al Maun tidak hanya mengajarkan kita cara menghamba kepada Tuhan, tapi juga bagaimana seharusnya kita memanusiakan manusia. Apalagi saat ini kita dihadapkan dengan pandemi yang tidak ada ujungnya, bukan hanya itu, kondisi kemanusiaan di Indonesia saat ini juga semakin hari semakin miris. Mulai dari keadilan yang makin berat sebelah, sampai pada hak asasi yang tidak lagi ada artinya. Lalu bagaiamana seharusnya kader IMM berperan?

Menjadi sebuah tamparan ketika kita melihat kondisi kemanusiaan yang hancur lebur tanpa belas kasih terjadi di sekitar kita, sedang kita masih disibukkan dengan urusan internal organisasi serta dinamika politik yang tak pernah habis untuk dibahas. Menjadi kader IMM seharusnya menjadikan kita peka atas hal-hal yang berkaitan dengan kemanusiaan, karena humanitas merupakan satu di antara Tri Kompetensi Dasar IMM. Namun, bisa kita lihat juga bahwa banyak pergerakan mahasiswa yang terus mengawal isu-isu politik dan kemanusiaan, yang di dalamnya juga terdapat kader-kader IMM.

Berdasar pada Teologi Al Maun, kader IMM seharusnya lebih mampu menerapkan nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, terutama dalam menanggapi kesenjangan sosial baik dalam konteks ekonomi maupun keadilan. Teologi Al Maun mengajarkan bahwa kepekaan atau kepedulian sosial merupakan komponen dan kriteria dari keshalihan spiritual. Maka, dapat dikatakan bahwa Teologi Al Maun adalah sebuah evaluasi moralis dalam menanggapi ketimpangan sosial, di mana ada pemahaman bahwa peradaban selalu dikuasai oleh orang-orang kuat seperti penguasa, kaya, dll.

Kader IMM dengan segala bekalnya seharusnya mampu menyusun ulang pemahaman mengenai kemanusiaan. Menjadi teladan bahwa menyuarakan hak-hak bukanlah kesalahan, dan menolong yang lemah adalah kewajiban. Bangunan kemanusian di Indonesia telah hancur, atau bahkan belum pernah selesai untuk dibangun, maka kader IMM punya tugas besar dalam menyusun konstruksi kemanusiaan di Indonesia, tentu berpondasikan Islam dan kemudian dikuatkan dengan nilai-nilai IMM dan Muhammadiyah. Terutama sebagai mahasiswa, kita seharusnya mampu menjadi jembatan ilmu untuk masyarakat yang tak berkesempatan sama dengan kita. Mari belajar lagi bagaimana seharusnya kita bersikap sebagai anak muda yang membawa nama IMM. Dalami lagi bagaimana seharusnya kita memberi dampak baik kepada rumah sendiri dan saudara-saudara yang ada di dalamnya. Karena, kader IMM seharusnya menjadi orang yang paling layak menunjukkan bagaimana seharusnya memanusiakan manusia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *