Oleh: Riski Silfanah
“Dan sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” (HR. Al-Qadlaa’iy dalam Musnad Asy-Syihaab no. 129, Ath-Thabaraaniy dalam Al-Ausath no. 5787)
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) sebagai organisasi ortonom Muhammadiyah sudah memiliki komitmen untuk mewujudkan masyarakat islam yang berkemajuan sejak awal berdirinya. Hal ini dapat dilihat dari faktor eksternal berdirinya IMM pada tahun 1964 mengenai keadaan umat islam yang mengharuskan mahasiswa untuk berpikir mengenai kemajuan umat. Sedangkan faktor internal berdirinya IMM pada saat itu adalah sebagai kebutuhan Muhammadiyah untuk mengembangkan ideologi, paham, dan cita-cita Muhammadiyah dalam ranah mahasiswa.
Seperti yang kita ketahui bahwa tujuan Muhammadiyah adalah, ‘menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya’. Yang dimaksud masyarakat dalam tujuan Muhammadiyah secara tekstual ini adalah seluruh lapisan masyarakat tanpa memandang latar belakang. Maka dari itu, IMM memiliki tanggung jawab besar dalam membersamai Muhammadiyah untuk mewujudkan cita-citanya dalam masyarakat di segala sisi kehidupan.
Salah satu surah dalam al-quran yang mendasari nilai kemanusiaan dan penggerak organisasi Muhammadiyah selama bertahun-tahun adalah surah al-ma’un. Surah al-ma’un menjadi inspirasi KH. Ahmad Dahlan dalam membangun amal usaha Muhammadiyah. Karena inilah Muhammadiyah memberdayakan masyarakat dengan spirit surah al-ma’un agar selalu memperhatikan masyarakat yang terbelakang, tertindas, dan mengalami kemunduran dalam berpikir. Melalui spirit surah al-ma’un ini, Muhammadiyah mampu mengentas kemiskinan dengan mendirikan sekolah-sekolah, panti asuhan Muhammadiyah, panti jompo, dan juga Lembaga milik Muhammadiyah yang dikenal dengan Lembaga Zakat Infak Sadaqah Muhammadiyah (Lazismu).
Dapat kita lihat dari hal ini bahwa Muhammadiyah mampu menggerakan dan berkontribusi dalam menghadapi ketidakmampuan menjadi kekuatan dalam menghadapi perkembangan zaman demi mencapai masyarakat yang berkemajuan dengan pencerahan dan pencerdasan. Dengan pencerahan dan pencerdasan ini, Muhammadiyah memiliki harapan agar masyarakat memiliki pandangan lebih maju tentang islam dan menciptakan umat yang menjunjung tinggi akidah, akhlak, ibadah, dan pembaharuan mengenai muamalat yang membawa perkembangan hidup.
Berpedoman pada induknya, IMM berusaha ikut serta mengambil peran. Tujuan IMM sendiri adalah ‘mengusahakan terwujudnya akdemisi Islam yang berakhlak mulia dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah’. Gerakan kemanusiaan yang digalakkan pada IMM bukanlah gerakan memberantas kemiskinan, akan tetapi gerakan yang dilakukan oleh IMM lebih berfokus pada konsentrasi dan melahirkan pemikiran-pemikiran baru sebagai perwujudan nilai-nilai kemahasiswaan sebagaimana yang tercantum pada trilogi IMM.
Kontribusi yang dapat dilakukan IMM dalam meretas masalah kemanusiaan adalah dengan kepedulian terhadap sosial. Sebagai bentuk ikhtiar, IMM membekali kader-kadernya dengan teori analisis sosial. Dengan menelaah histori, kultur, dan struktural pada tatanan sosial menjadikan kader-kader IMM dapat mengidentifikasi masalah yang terjadi di lapangan dan menemukan akar dari permasalahan. Dengan adanya analisis sosial ini, maka akan tercipta kader-kader yang paham bahwa kemiskinan jiwa sosial dapat melahirkan kejahatan dan kekerasan yang akhirnya menimbulkan masalah baru yang lebih kompleks.
Maka dari itu, tugas IMM adalah mengadakan ruang diskusi bersama serta ruang bertukar pengetahuan dan wawasan yang dapat memformulasikan prosedur-prosedur dalam menuntaskan masalah kemanusiaan dan penyimpangan sosial yang terjadi di masyarakat. akan tetapi tidak hanya sampai pada titik tersebut. IMM harus melakukan aksi nyata untuk mewujudkan langkah-langkah yang sudah didiskusikan. Akan sia-sia apabila hanya sampai pada titik diskusi tanpa ada perwujudan. IMM harus bergerak maju untuk menuntaskan masalah kemanusiaan dengan perangai khas mahasiswa sebagai kaum-kaum intelektual yang dibingkai dengan kekayaan jiwa sosial dan religiusitas yang dipercaya dan memiliki tanggung jawab terhadap masyarakat. Karena kader-kader IMM juga merupakan struktur dalam masyarakat yang memiliki peran penting sebagai agen of change dan tonggak kepemimpinan bangsa. Persoalan-persoalan yang telah dikaji dan didiskusikan harus berkelanjutan dan terstruktur sehingga permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat dapat diselesaikan dengan cepat dan tepat.
Aksi nyata yang dapat kita lakukan sebagai kader IMM bisa dimulai dari diri kita sendiri. Dengan intropeksi dan memikirkan sumbangsih yang dapat kita lakukan, kita dapat berkontribusi dengan memanfaatkan kemampuan atau minat bakat yang kita miliki. Bagi yang memiliki bakat dalam membagi ilmu-ilmunya, maka bisa dimanfaatkan untuk mengajar. Dan bagi kita yang memiliki minat dalam dakwah dan agama maka dapat membagi ilmu melalui taman Pendidikan al-quran di lingkungan sekitar atau mengadakan kajian-kajian keislaman. Bagi kita yang memiliki kecukupan materi, maka dapat menyalurkannya melalui lembaga-lembaga kemanusiaan.
Dengan demikian, IMM dapat menjadi penghubung dalam merealisasikan tujuan berdirinya organisasi Persyarikatan Muhammadiyah dengan semboyannya “Fastabiqul khairat” atau berlomba-lomba dalam kebaikan yang bisa memberikan kontribusi dalam upaya meretas masalah kemanusiaan yang terjadi melalui kader-kadernya yang memiliki kualitas dalam intelektual dan mampu berdakwah amar ma’ruf nahi munkar dengan berdasar pada Al-qur’an dan As-sunnah. Kader IMM bukan hanya memiliki fungsi formalitas saja seperti untuk meneruskan tonggak kepemimpinan atau menonjolkan almamater merahnya. Kader IMM harus siap dalam menghadapi berbagai tantangan dan persoalan yang ada dalam menjalankan amanahnya dalam mewujudkan tujuan ikatan dan selalu sadar akan perannya sebagai umat Islam dan masyarakat Indonesia, bahwa membela kemanusiaan merupakan perihal penting yang perlu direnungkan dan diwujudkan pada aksi nyata.