Broken Home? Siapa Takut

KARYA KADER OPINI

Oleh : Ardila Putri

Broken home? Siapa sih yang gak tahu apa itu broken home? Nampaknya kalimat ini sudah tidak asing lagi kan ditelinga kalian? Kebanyakan orang mengira bahwa broken home identik dengan perceraian, padahal broken disini diartikan sebagai keluarga yang tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan fisik, ekonomi, psikologis dan sosial.  Tapi, bagi orang yang tidak merasakan mengira bahwa itu adalah hal yang sepele, padahal bagi orang yang merasakan adalah pengelaman terburuk yang pernah di alami.

Yaa, aku adalah salah satu bukti nyata kalau broken home itu hal sangat mengecewakan, menyedihkan, dan menyeramkan. Mungkin kalian melihat hidupku ini enak enak saja, semua yang aku inginkan selalu terpenuhi. Iya karena itulah yang selalu aku perlihatkan kepada orang-orang diluar sana tentang indahnya hidupku, bahagianya menjadi diriku. Tidak ada yang tahu mengapa selama ini aku kuat padahal aku serapuh itu.

Oh iya, sebelum membahas ini lebih lanjut, kenalin dulu, aku Ardila Putri anak perempuan pertama yang memiliki 2 adik, cewek dan cowok yang mana mereka udah pada gede semua. Okay, lanjut. Kami terbiasa dengan pertengkaran, suara yang lantang, kekerasan, ketidakharmonisan dan canggung menunjukkan rasa kasih sayang. Seperti layaknya anak-anak lain yang menginginkan sebuah keluarga yang harmonis dan penuh kasih sayang, kami pun menginginkannya.

Bertahun tahun menahan ini. Membiarkan rasa benci kepada kedua orang tuaku, membiarkanku dalam kesepian yang sangat sakit jika dirasakan. Disaat teman-temanku merasakan indahnya jalan-jalan dengan kedua orang tuanya, aku hanya bisa menatap keharmonisan keluarga lain.

Untuk satu tahun belakangan ini aku harus benar-benar mendewasakan diri dengan kenyataan yang sangat pahit, dua bulan yang lalu orang tuaku memutuskan untuk tidak tinggal satu atap lagi. Kaget banget mendengar kabar itu yang langsung diucapkan oleh ayahku. Lalu bagaimana dengan nasib adik adikku. Yaaaa, saat ini yang aku fikirkan adalah kesehatan mental adikku. Bagaimana membuat adikku tidak trauma dengan segala yang sudah terjadi. Susah, tapi Bismillah bisa!

Ini juga tentang bagaimana anak perempuan pertama yang berkali-kali dipatahkan, anak perempuan pertama yang menangis tiap malam dipojok kamarnya, anak perempuan pertama yang gagal menjadi dirinya sendiri, dan anak perempuan pertama yang tidak menemukan definisi bahagia dikeluarganya.

Okay kembali lagi, mau sekuat apapun anak kalau mentalnya sudah dijatuhkan oleh orang tua sendiri, siapa yang tidak menangis? Menangis tengah malam bukan lagi tentang laki laki yang disukai, garis takdir yang harus aku syukuri juga saat ini melihat orang tua bahagia dengan pilihan mereka masing masing. Yaaa walaupun kakak dari dua adik ini sedang mati-matian menjaga agar adik tidak mengalami trauma mendalam.

Semua anak ingin keluarga yang sempurna, tapi tidak semua anak memilikinya dan hampir sebagian anak tumbuh tanpa ceritain masalah yang ia rasakan ke orang tua.

Lantas untuk apa aku bertahan? Jawabannya untuk keluargaku, untuk gelar sarjana pendidikan yang ingin aku dapatkan, untuk sembuh dari trauma yang mendalam, untuk Melbourne dan Mekkah yang ingin aku kunjungi, untuk mendengarkan keluh kesah sahabatku, untuk menjadi rich aunty untuk keponakanku dan untuk semua tanggung jawab yang diberikan kepadaku.

Kita bukan orang paling sial. Hanya saja kurang satu keberuntungan. Besar sebagai anak dengan orang tua yang lengkap, tapi tidak bersama.

Gapapa, broken home tuh gak susah kalau kita bisa ikhlas menerima. Pelan-pelan aja yaaa. Yukk bisa yukk!!!

Semangat yaaa.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *