7 Kebiasaan Buruk yang Wajib Diketahui

ARTIKEL KARYA KADER

Oleh : Hasni Maulida (Peserta DAD IMM A.R Fachruddin 2021)

Setiap manusia pasti memiliki suatu kegiatan atau cara yang dilakukan berulang-ulang seacara otomatis dan konsisten, yang dikenal dengan kebiasaan. Kebiasaan dapat dilakukan di manapun dan kapanpun tanpa terikat oleh waktu. Pada dasarnya kebiasaan dibagi menjadi dua yaitu kebiasaan baik dan kebiasaan buruk, bedanya jika kebiasaan baik dilakukan secara sadar dengan kecenderungan pada hal yang positif sedangkan kebiasaan buruk dilakukan secara tidak sadar dengan kecenderungan pada hal yang negatif. Kebiasaan dapat terbentuk sendiri dengan banyak melakukan  repetisi aksi, sehingga akan terbiasa dan membentuk sebuah kebiasaan yang resmi di dalam diri seseorang. Sebuah kebiasaan tidak akan terjadi tanpa adanya kesepakatan antara tindakan berulang dan konsistensi.

Kemudian ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebiasaan seseorang, diantaranya keluarga, teman, dan lingkungan sekitar. Yang paling dekat yaitu  faktor keluarga, dapat dilihat biasanya seluruh anggota keluarga memiliki kebiasaanyang sama. Misalnya berjalan cepat, memilki intonasi suara atau nada tawa yang khas.  Intinya seseorang dapat mengamati perilaku orang lain kemudian akan mengasimilasi dan meniru perilaku tersebut. Di saat waktu kecil seseorang dapat meniru perilaku orang terdekatnya tetapi belum bisa membedakan mana yang baik dan yang buruk. Seiring dengan bertambahnya usia semua orang dihadapkan dengan norma sosial yang sangat kental dengan kebiasaan yang disepakati bersama. Yang akhirnya ada istilah penilaian perilaku yang pantas dan tidak pantas. Terkadang, seseorang itu menganggap perilaku yang dilakukan biasa saja baginya, tetapi bagi orang lain perilaku tersebut tidak baik untuk ditekuni terus menerus sehingga berujung pada kebiasaan buruk (penilaian masyarakat). Oleh sebab itu, perlu adanya penanaman filterisasi dalam diri seseorang dengan status quo yang ada tanpa merugikan kedua belah pihak antara seseorang dengan masyarakat. Kemudian apa saja kebiasaan buruk yang sering dilakukan sehingga berimbas pada pribadi dan orang sekitar? Berikut penjelasannya!

  • Suka Menunda

Menunda adalah kebiasaan yang paling sering dilakukan kita. Menunda terbentuk karena kemalasan yang berangsur-angsur kemudian menggampangkan  penyelesaiannya. Sebenarnya menunda itu sebagai aktivitas yang hanya mengalihkan perhatian mood kita bukan malah menyelesaikan tugas yang belum dikerjakan, dan kita pasti berpikir menunda tugas sebagai peralihan pandangan supaya pikiran rileks dan tidak tegang, padahal hal itu salah. Seharusnya yang perlu kita tanamkan adalah mencari solusi saat mengerjakan tugas dengan rilex tetapi tanpa menunda. Karena menunda juga berimbas pada masa depan kita, walaupun hal itu kelihatannya sepele tetapi jika kita terus menerus menunda maka akan memberatkan diri sendiri dan tanpa disadari mengecewakan orang sekitar kita. Padahal kita tahu bahwa waktu terus berlalu dan tidak bisa diulang.

  • Kurang Fokus

Mudah terdistraksi atau kurang fokus terjadi karena kita terbiasa menunda pekerjaan yang kemudian mengalihkan pandangan kita pada  hal-hal yang tidak relevan dengan pekerjaan itu. Contoh sederhana ketika kita akan mengerjakan tugas tetapi saudara mengajak untuk menonton drama, drama korea misalnya. Realistisnya saat kita mengerjakan tugas yang tidak kita sukai pasti berujung pada rasa bosan dan jenuh, sehingga secara tidak sadar kita sedang melarikan diri. Kebiasaan distraksi seperti ini jika dilakukan berkepanjangan tidak akan selesai sampai kapanpun, bahkan sampai minyak dan air akan menjadi satu. Namun kita juga perlu berhati-hati pada distraksi tersebut, jangan sampai distraksi itu menyita seluruh atensi kita sehingga menghambat pekerjaan yang seharusnya dikerjakan. Perlu diketahui bahwa distraksi itu baik agar kita tidak sepaneng dan stres dengan syarat kita mampu mengelolanya dengan tepat. Saat mengerjakan tugas atau pekerjaan kita boleh menggunakan distraksi seperti mendengarkan musik, makan cemilan, atau mengerjakan di tempat dengan pemandangan alam dengan begitu kita menjadi lebih rileks dan mampu merefresh pikiran, tapi harus ingat dengan visi kita jangan sampai atensi kita terlena dengan distraksi tersebut.

  • Pelupa

Di dalam psikolog pelupa adalah gangguan konsentrasi atau gangguang pemusatan perhatian sementara dan dapat diartikan penurunan daya ingat. Di saat kita lupa akan hal otomatis otak kita akan mencoba untuk mengingatnya, yang terjadi adalah kita berusaha mengingat kembali tetapi butuh proses waktu yang lama. Contoh kasusnya kita memiliki jadwal rapat dengan teman kerja, semuanya menyepakati rapat pada hari minggu pukul 2 siang dan pada saat agenda tiba kita lupa karena hari minggu termasuk weekend, kita malah pergi piknik bersama keluarga. Dan kita benar benar lupa jika hari itu rapat dengan teman kerja, mereka sudah menunggu cukup lama dengan penuh kekecewaan. Dan pada akhirnya rapat itu dibatalkan dan diundur. Sehingga imbasnya tidak hanya diri sendiri namun orang lain juga. Cara alternatif untuk meminimalisir terjadinya pelupa yaitu kita tidak boleh malas untuk menuliskan rencana agenda dan menempelkannya di tempat yang sering kita kunjungi seperti kamar kita.

  • Tidak berusaha maksimal atau Mandiri

Setiap orang pasti ingin memaksimalkan tugas atau pekerjaan dengan maksimal, tetapi pada faktanya kita teralihkan oleh kecepatan hasil, sehingga proses yang dihasilkan tidak semaksimal yang diharapkan. Salah satu faktor kebiasaan ini terbentuk karena kita mudah tergantung pada orang lain, kita tidak percaya diri atau bahkan tidak puas dengan jawaban sendiri. Padahal opini itu bersifat bebas, benar atau salah itu hasil akhir yang terpenting kita mau berusaha mandiri tanpa melirik opini atau jawaban dari orang lain. Dalam konteksnya ujian kita tidak yakin dengan jawaban sendiri akhirnya kita menggunakan jawaban teman yang dirasa yakin dan benar, ketika selesai ujian kita diperlihatkan dengan jawaban yang benar dan tepat, yang tadinya kita tidak yakin dengan jawaban sendiri justru itu yang ternyata benar dan kita salah karena kita tidak yakin dengan jawaban sendiri. Pada intinya kita akan berantakan dan mudah terjebak jika tergantung pada orang lain.

  • Kurang Membaca

Banyak generasi muda yang minim pengetahuan yang dimilikinya, salah satu alasannya karena kurangnya membaca yang berdampak pada lunturnya budaya literasi di kalangan anak muda. Sangat disayangkan jika hal ini terus dibiarkan dapat menghambat penggalian dan perkembangan potensi bagi pribadi, masyarakat, dan Negara. Sebaiknya malas dalam membaca kebiasaan yang tidak perlu kita pelihara. Untuk menjaga budaya literasi agar tetap hidup kita bisa memulai aktivitas membaca simpel seperti membaca caption medsos yang agak panjang atau membaca majalah, koran, maupun artikel.

  • Kalap dan Boros

Kehidupan dewasa tidak dapat terlepas dari perilaku hedonis yang ditandai dengan kesenangan. Hedonis yang paling umum ditemukan dalam proses berbelanja, sikap ini datang dengan tiba-tiba dan tanpa rencana, sehingga yang terjadi kita menjadi kalap dan boros menggunakan uang, apalagi di saat ada barang yang sedang diskon besar-besaran pasti mata dan pikiran kita akan tertuju pada diskon yang ditawarkan. Namun sebelum memutuskan untuk membeli, kita harus mempertimbangkan apakah barang itu benar benar dibutuhkan oleh kita atau hanya sekadar mengejar diskon yang jarang kita temui di barang tersebut. Kebutuhan hidup itu murah, yang mahal itu karena dicampuri gaya hidup. Kita dapat mudah dipengaruhi oleh gaya hidup mewah dari teman atau idola kita. Keinginan seperti mereka membuat kita mudah tersesat dalam hal finansial, selain itu membeli barang yang bukan prioritas utama juga termasuk  kalap dan boros. Maka solusinya kita mengharuskan diri untuk menabung, percayalah uang yang kita tabung akan menjadi gunungan rupiah dengan syarat kita mau konsisten dan bersabar.

  • Mudah Mengeluh

Mengeluh sebenarnya hal yang wajar, mengeluh merupakan salah satu cara untuk menyampaikan keluh kesah yang dirasakan di mana kita sudah tidak kuat lagi dalam menghadapinya. Akan tetapi, kerap kali jika sering mengeluh akan berdampak pada kesehatan mental kita. Hal ini dikarenakan manusia yang memiliki jiwa mental sehat, yaitu manusia yang dapat menerima dirinya apa adanya dibantu sikap optimis yang dimilikinya. Sedangkan orang yang mudah mengeluh akan merasa tertekan, putus asa, suka menyendiri, dan tidak suka terbuka dengan lingkungannya. Yang perlu digarisbawahi mengapa kebanyakan orang mengeluh cenderung fokus dengan keluhannya dan tidak mencoba untuk memetakan pemecahan masalah dengan mencari solusi. Kita juga dapat meminta kemudahan kepada Tuhan atau mencari seseorang yang dapat menerima segala keluh kesah kita dengan memberi dukungan. Mungkin dengan begitusatu persatu masalah akan terselesaikan dengan sendirinya dan kita akan merasa lebih tenang.

Sebenarnya masih banyak kategori kebiasaan buruk lainnya, semua itu tergantung perspektif pribadi masing-masing. Kita dapat meminimalisir kebiasan buruk itu dengan hal-hal yang tidak memberatkan hati saat menjalankannya. Tidak peduli melakukan setahap demi setahap atau sejengkal demi sejengkal, yang penting niatkan diri untuk berubah menjadi lebih baik.

 Daftar Pustaka

Kusharjanti, Rahma. (2020). Baca Buku Ini Saat Engkau Ingin Berubah.Yogyakarta: Psikologi Corner.
Kusumaningtyas, S. (2018). Pikun dan Pelupa, Apa Bedanya?. Diakses pada 20 Agustus 2021
https://sains.kompas.com/read/2018/04/13/154114523/pikun-dan-pelupa-apa-bedanya?amp=1&page=2&jxconn=1*1uo8zvu*other_jxampid*WThHVlkwTVFHNGExcmxhLUFuazlSVF9WYTB2WTNzLVhKU3ZvY1Q2cm1rSlFnRWhMUWNwc0dJcU43b20ydTM2Sw

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *