Kesalahan-Kesalahan yang Mulai Terlihat Benar

ESSAY KARYA KADER

Oleh : Nurul Inayah Tihurua

Hidup adalah tentang aturan dan hukum, barang siapa melanggar dia akan dihukum. Namun, pandangan serta pegangan kebenaran menurut masing-masing individu tidak selalu sama, pada satu kasus ada kelompok yang menyatakannya benar dan ada yang menganggapnya salah. Lalu, apa sebenarnya acuan yang harus kita pegang untuk menjadi referensi benar atau salah?
Sebagai seorang muslim, menurut saya Islam adalah sebaik-baik pegangan, Islam adalah agama yang mengatur manusia dari hal terkecil sampai perkara besar dengan sebaik-baik tuntunan.

Apakah dengan begitu, maka seluruh manusia yang mengaku Islam sudah menjalani kehidupannya sesuai dengan aturan-aturan dalam Islam itu sendiri?
Jawabannya adalah tidak, sebagaimana aturan pada umumnya akan selalu ada orang-orang yang melanggar poin-poin yang telah ditetapkan. Semakin ke sini, kebenaran dan kesalahan menjadi semakin samar, ummat beragama yang tadinya hidup dalam putih dan hitam kini terjebak dalam keabu-abuan. Pengaruh kuat dari budaya tak bertuhan yang mengatasnamakan kebebasan dan kemajuan berpikir, tanpa sadar justru membawa kita menuju kemunduran peradaban.

Saat ini, ada banyak kesalahan-kesalahan besar yang mulai dibumbui banyak pembenaran dan pembelaan dari banyak pihak. Seperti hamil di luar nikah, perjudian, berhubungan sesama jenis, dan banyak lagi hal-hal fatal yang semakin hari semakin lumrah saja terjadi di lingkungan sekitar kita. Bahkan kejadian-kejadian yang sudah tertulis di atas mungkin pernah terjadi di lingkaran pergaulan kita, entah teman, saudara dan lain-lain.

Kita ambil contoh kasus hamil di luar nikah yang sedang marak terjadi terutama saat pandemi, pergaulan remaja yang makin tidak terkontrol dan ketidakpedulian keluarga serta lingkungan menjadi salah satu pemicu terjadinya hal tersebut. Saat seorang remaja wanita mendapati dirinya hamil padahal belum pernah melangsungkan pernikahan, ada dua tipe orang dalam menghadapi hal tersebut, ada yang panik dan merasa malu namun ada juga yang kemudian menganggap sepele hal tersebut. Lalu, dari dua perbedaan sikap tadi di mana letak faktor terbesarnya? Lingkungan. Lingkungan adalah pembeda, sikap tipe satu menandakan dia berada di lingkungan dekat yang tidak dapat serta merta menerima keadaan tersebut, sedangkan sikap tipe dua menunjukkan betapa hal tersebut adalah biasa.

Namun, mirisnya adalah ketika beberapa bulan bahkan pekan setelah kejadian seperti demikian, semua akan terlihat biasa saja, rasa malunya perlahan hilang, dalih-dalih baru mulai bermunculan dengan tujuan tidak menyalahkan hal tersebut dan pada akhirnya akan menjadi kesalahan yang terus berulang hingga manusia lupa bahwa itu adalah kesalahan, bukan kewajaran. Dan setelah satu kesalahan yang dianggap benar, akan muncul kefatalan lain yang dirasa sesuai aturan. Melaksanakan akad saat sedang mengandung juga selalu menjadi solusi, agar tak terbongkar kebenaran hamil sebelum menikah, padahal yang kita tahu Islam melarang demikian. Menikah hanya boleh dilangsungkan saat bayi dalam kandungan tersebut dilahirkan, tapi pada prakteknya tidak. Maka, menikah pada saat hamil tanpa mengulang akad setelah melahirkan adalah kesalahan besar berikutnya.

Betapa banyak kesalahan-kesalahan penuh pembenaran yang marak kita lakukan saat ini. Dan bagaimana sikap kita sebagai manusia intelek sekaligus kader IMM dalam menghadapi fenomena seperti demikian? Itu hanya satu di antara sekian banyak kefatalan yang terlihat wajar.

Kembali kepada referensi kebenaran yang sesungguhnya (Islam). Karena Islam adalah sebaik-baik pengatur.

Menyampaikan kebenaran memang harus dengan lemah lembut dan tanpa paksaan, tapi tidak kemudian membuat kita mengabaikan fikih-fikih hukum yang sudah ditetapkan. Kita seringkali salah dalam menyampaikan dakwah dengan prinsip jangan menyakiti, namun tanpa sadar kita menyalahi aturan-aturan yang tidak bisa digeser kedudukannya.

Dan di antara keabu-abuan ini, kita dituntut mencari jawab agar dapat menentukan mana yang hitam dan mana yang putih. Kita diharuskan melihat jernih walau berjalan ditengah kabut, maka mata yang berair karena pedih akan jadi bagian dari perjuangan. Kita dibina agar dapat menyentuh relung tanpa mengabaikan kemutlakan. Kita diarahkan menjadi kader yang mengerti salah dan benar.

Maka menjadi kader IMM dan mahasiswa adalah kepercayaan, yang pada setiap langkah terdapat tanggungjawab.

Menunjukkan hitam dan putih adalah tugas kita di tengah kemajuan yang sebenarnya merupakan kemunduran.

Ada juga pernikahan sesama jenis yang sudah mulai dilegalkan di beberapa tempat. Dengan menjunjung tinggi kemajuan, orang-orang ini dengan bangga menunjukkan betapa dia adalah manusia modern yang mampu menyalahi fitrah. Padahal, jika kita kembali ke belakang, jauh sebelum kita ada, sudah ada kaum Nabi Luth yang berakhir dengan murka Allah tersebab hal ini.

Juga orang kaya raya yang serakah, ada Qarun yang Allah tenggelamkan bersama hartanya, tak bersisa. Di zaman kita juga ada banyak Qarun, ada yang bahkan bagian dari pengemban amanah. Mengambil hak, kemudian dihukum dengan hukuman yang tidak masuk akal.

Fir’aun yang mengaku Tuhan, kita semua tahu kisah berakhirnya hidup seorang yang kejam dan tidak manusiawi. Orang-orang yang saat ini menyalahi aturan Tuhan dan menyepelekan balasannya, tunggu saja waktu kita.

Tidak ada yang baru di bawah matahari, ini semua tentang kita. Tentang mau atau tidak menjadi manusia yang tidak hanya belajar akademik namun juga tentang cara bersikap sebagai manusia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *